500 Titik WiFi Disdik

Bukan hal yang baru jika setiap tahun ajaran baru selalu saja muncul banyak keluhan dari para orangtua dengan mahalnya buku pelajaran yang harus ditebus oleh siswa. Rata-rata sekitar Rp. 500.000,- yang harus  dikeluarkan untuk mendapatkan buku paket yang digunakan hanya selama 1 (satu) semester. Hal ini tentu saja sangat memberatkan dan kontradiktif ditengah tingginya anggaran pendidikan yang sudah dipatok sebesar 20% dari total APBD/APBN. Disisi lain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebenarnya telah menyiapkan Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang bisa diunduh (download) secara gratis melalui internet namun belum termanfaatkan secara optimal. Hal inilah yang melatarbelakangi Dinas Pendidikan (Disdik) Pemerintah Kota Samarinda (Kalimantan Timur) untuk mencoba melakukan terobosan dengan berencana menyediakan 500 titik WiFi untuk mempermudah akses internet baik bagi guru maupun siswa dalam mendownload buku secara gratis.

Keinginan ini tentu menggembirakan karena selain akan meringankan beban orangtua dalam menanggung biaya pendidikan bagi anaknya juga bisa mendorong percepatan proses edukasi. Guru dan siswa bisa mengekplorasi seluas-luasnya informasi yang terkait dengan kegiatan belajar-mengajar. Manfaat lainnya dengan penyediaan 500 titik WiFi secara gratis ini juga bisa berpengaruh terhadap produktifitas dan pertumbuhan ekonomi daerah karena akan mendukung pertumbuhan startup atau pemanfaatan internet untuk bisnis dan pengembangan usaha.

Namun demikian disamping manfaat-manfaat yang sudah disebutkan tadi ada beberapa hal yang juga harus disiapkan yaitu menyangkut bagaimana para user bisa berinternet secara sehat. Hal ini sering diabaikan bahkan dilupakan padahal untuk itu juga perlu proses edukasi sehingga ketersediaan teknologi benar-benar bisa sesuai dengan tujuan semula. Menyediakan sarana dan prasarana secara fisik tanpa menyiapkan pengetahuan yang memadai hanya akan menghasilkan pemborosan dan kesia-siaan. Terlalu sederhana jika ukuran keberhasilan dari Disdik Samarinda nantinya hanya dilihat dari kemampuan mereka menyediakan 500 titik WiFi tanpa mengukur sejauhmana jaringan WiFi tersebut mampu meningkatkan produktifitas guru, siswa dan masyarakat. Hal lainnya yang juga perlu diantisipasi adalah jangan sampai terjadi 500 titik wifi sudah tersedia tapi pembelian buku pelajaran tiap tahun ajaran baru masih tetap terjadi. Untuk itu Disdik Samarinda perlu melibatkan semua stakeholder yang terkait sehingga akan menghasilkan perencanaan yang matang, komprehensif dan menghasilkan outcome sesuai harapan. Semoga!

Referensi : Samarinda Pos

 

Leave a comment